Pages

Senin, 25 April 2011

Ramalan Kitab Suci


Ramalan Kitab Suci = Nubuat  
= Prediksi Pasti


Tiap Rosul-rosul di utus ke dunia tugasnya sama yaitu untuk menegakkan hukum Allah

TAURAT -> Musa
Ramalan/Nubuat taurat tentang kedatangan Isa/Yesus
 Ulangan 18 : 15-18
(15) Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.
(16) Tepat seperti yang kamu minta dahulu kepada TUHAN, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari perkumpulan, dengan berkata: Tidak mau aku mendengar lagi suara TUHAN, Allahku, dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi, supaya jangan aku mati.
(17) Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik;
(18) seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.

 Setelah Isa/Yesus tidak ada nabi lagi yang dibangkitkan dari bangsa israel
 Ulangan 34 : 10
(10) Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel,

INJIL
 Matius 12: 17-21
(17) supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:
(18) Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.
(19) Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan.
(20) Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang.
(21) Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap."

Yesaya 24 : 5

(5) Bumi cemar karena penduduknya, sebab mereka melanggar undang-undang, mengubah ketetapan dan mengingkari perjanjian abadi.
Isa/Yesus Menggenapi hukum taurat 
Matius 5 : 17-20
(17) Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
(18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
(19) Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
(20) Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.


Ramalan/Nubuat Injil tentang kedatangan Muhammad
Matius 21 : 42-43
(42) Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
(43) Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.

Yohanes 16 : 7-8
(7) Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.
(8) Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman;

AL QURAN
Qs. (61/6) Ash-Shaff : 6
(6) Dan (ingatlah) ketika 'Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata."
Qs. (5/48) Al-Maidah : 48
(48) Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

Kebangkitan Rosul Setelah Muhammad
Qs. (62/2-3) Al-Jumuah: 2-3
(2) Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
(3) dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.




Perang Paregreg ketiga ancaman Negara Kesatuan Nusantara

Perang Paregreg ketiga ancaman 
Negara Kesatuan Nusantara

mbah sghriwo

Majapahit runtuh bukan karena invasi asing melainkan adu kekuatan senjata di dalam kalangan militer sendiri dalam hal ini angkatan laut yang tadinya terkuat di bumi selatan itu saling bertikai satu sama lain sehingga meletuslah perang laut yang dahsyat di perarian Nusantara.
    Negara Kesatuan Nusantara pimpinan Bung Karno mengalami hal yang sama: suasana perang, bau mesiu, angkatan kelima, dan kekuatan laut yang terbesar di Asia Tenggara memang tidak bertempur satu sama lain seperti di era Majapahit. Pertempuran yang sesungguhnya terjadi adalah dalam tubuh Angkatan Darat yang baru saja mendapatkan persenjataan dari Sovyet Uni dan Republik Rakyat Tiongkok untuk membebaskan Irian atau Papua bagian barat.
    G30S hakikatnya adalah perang paregreg kedua yang membuat Negara Kesatuan Nusantara diambang kehancuran karena perpecahan di tubuh Tentara Nasional Indonesia. Bung Karno memilih skenario yang lain daripada meletusnya paregreg kedua yang lebih dahsyat, beliau memilih menyerahkan kekuasaan ke tangan Angkatan Darat dalam mengembalikan keamanan dan ketertiban. Salah satu bukti penyerahan Bung Karno kepada Angkatan Darat ialah Supersemar. Supersemar itu pun tidak sebagaimana yang diharapkan Bung Karno tetapi melenceng dan disalahgunakan oleh jenderal-jenderal yang memegang surat sakti tersebut. Hasilnya paregreg kedua terjadi antara Partai Komunis Indonesia berikut simpatisannya melawan golongan agama yang berada di bawah kendali militer untuk saling membasmi satu sama lain. Negara Kesatuan masih utuh akan tetapi menelan korban jutaan orang tewas dan masuk kamp tahanan. 
    Bung Karno tentu belajar dari sejarah Majapahit bahwa perang paregreg antara kekuatan militer dalam negeri hasilnya seratus persen adalah kehancuran Negara Kesatuan, oleh sebab itu beliau tidak mau mengadu kekuatan militer yang masih setia seperti KKO dan AURI untuk menghantam Angkatan Darat pimpinan Jenderal Soeharto. Bung Karno adalah pemersatu Nusantara seperti kata Pramoedya Ananta Toer, "Satu-satunya orang yang berhasil mempersatukan Nusantara tanpa menumpahkan setetes darah pun adalah Soekarno."
    Sebagai perbandingan Jenderal Van Heutz semasa menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda menyerang daerah-daerah mulai Aceh hingga Sulawesi untuk mempersatukan wilayah Hindia-Belanda ke bawah duli Sri Maharatu Belanda.
Kembali pada ancaman Paregreg Ketiga di Nusantara dari dua paregreg di atas dapat ditarik generalisasi bahwa kesatuan dalam tubuh Tentara Nasional Indonesia adalah mutlak, selama militer penjaga keamanan Nusantara tidak bertikai satu sama lain maka Nusantara akan tetap abadi bersatu-padu.
    Mengapa wilayah Nusantara harus tetap menjadi Negara Kesatuan? Ada sebuah pemikiran bahwa Nusantara tanpa menguasai Selat Malaka adalah tidak mungkin, karena hal itu terjadi dengan sendirinya, kapan pun Nusantara bersatu maka Selat Malaka dapat dikuasai dan digenggam dalam tangannya. Dan sebaliknya terpecah-belahnya wilayah Nusantara berarti lepasnya Selat Malaka jatuh ke tangan asing. Dan jika Selat Malaka jatuh ke tangan asing, maka perdagangan laut akan macet dan pelabuhan-pelabuhan di seantero Nusantara akan sepi dan mati. Akibatnya tidak ada kemakmuran dapat dinikmati oleh segenap rakyatnya.
    Dengan demikian Negara Kesatuan Nusantara harus tetap menjadi negeri maritim, negeri laut yang jaya di lautan sendiri. Konsep negeri Maritim terbukti mampu mempersatukan Nusantara di masa Majapahit, dan konsep negeri yang memperkuat militer angkatan darat di masa Kerajaan Mataram Sultan Agung tak mampu mengusir Belanda dari Batavia. Dan dengan konsep negeri maritim Bung Karno membangun Angkatan Laut yang paling kuat di Asia Tenggara dengan bantuan Sovyet Uni untuk membebaskan Irian atau Papua bagian barat. 
    Kaum intelektual yang meragukan negara kesatuan Nusantara haruslah ingat dengan Sumpah Pemuda pada 1928. Sumpah itu jika dilanggar akan kualat dan bencana pun akan datang dari Sang Penguasa Jagad Raya. Ingat Aceh yang membangkang padahal Rakyat Aceh lah pendukung utama Negara Kesatuan di masa Bung Karno, ingat Poso, dan lain-lain. Sumpah Pemuda bukan Sumpah Palapa Gajahmada atau Sumpah Pamalayu Sri Krtanegara. yang dianggap Jawa menjajah luar Jawa.

Pancasila dan hantu marxisme-leninisme

Pancasila dan hantu marxisme-leninisme

mbah sghriwo

Pancasila sebagai ideologi negara kesatuan Republik Indonesia terbukti sakti dan mampu bertahan lebih dari setengah abad atau tepatnya enampuluh lima tahun, dan tetap perkasa sepanjang masa. Bandingkan dengan Uni Sovyet embahnya dan negeri pertama yang berideologi marxisme-leninisme bertahan selama tujuhpuluh empat tahun saja. Berbagai upaya menggantikan ideologi negara kesatuan itu terus-menerus dilakukan oleh kelompok lain, akan tetapi tidak pernah berhasil. Mengapa? Pancasila adalah hasil galian langsung dari bumi Nusantara sendiri. Inti daripada kelima sila Pancasila itu jika diperas kuat-kuat adalah gotong-royong. Dan kelima Pancasila itu jika dijabarkan lebar-lebar maka hasilnya ialah San Min Chui, Al-Qur'an, marxisme, dan marhaenisme atau nasionalisme ala Indonesia. Nasionalisme dan nasion Indonesia sudah lahir sejak Sumpah Pemuda yang mengikrarkan berbangsa satu bangsa Indonesia.
    Dengan sendirinya Pancasila tidak pernah bertentangan dengan komponen pembentuk dirinya sendiri yang disebutkan di atas dan disebutkan oleh penggali sendiri Dr. Ir. Haji Soekarno. Apakah Pancasila sesederhana kelima silanya yang dihafalkan anak-anak sekolah dasar dan tidak sehebat ideologi lainnya? Untuk itu dibutuhkan kreatifitas berpikir tersendiri dalam memandang dan melihat inti daripada Pancasila itu sendiri. 
    Di masa Orde Baru Pancasila diselewengkan dengan cara mengadu kekuatan terhadap ideologi lain, bahwa Pancasila itu sakti dan ideologi lain merupakan musuh daripada Pancasila. Padahal jelas Pancasila itu adalah hasil sintesa dari ideologi besar di dunia yang berpijak di bumi tanah air sendiri.
     Ideologi asing yang bukan murni hasil galian langsung dari bumi pertiwi tidak pernah dan tidak mungkin menggantikan Pancasila selama Pancasila itu benar-benar dan dibenarkan apa yang sebenarnya adalah Pancasila yang tidak bertentangan dengan ideologi manapun di dunia. Oleh sebab itu pelarangan ideologi lain sebagai bahan pelajaran dan bahan studi ilmiah adalah bertentangan dengan Pancasila.
    Percayalah andai ideologi syareat Islam, ideologi marxisme-leninisme, ideologi liberalisme dibiarkan hidup di Nusantara maka upaya apapun untuk menggantikan Pancasila tidak pernah berhasil karena semua itu  ideologi impor. Pancasila tidak mengenal takut terhadap syareat Islam ataupun marxisme-leninisme. Tentu dengan syarat dasar bahwa negara Indonesia harus berdiri di atas kaki sendiri dalam ekonomi, kebudayaan, dan politik. Negara Indonesia yang tidak berdikari tentu tidak mempunyai syarat untuk mempertahankan Pancasila sebegai ideologi negara kesatuan sepanjang masa.

Lapindo mudflow and Rebel Curse Majapahit

Lapindo mudflow and
Rebel Curse Majapahit

mbah sghriwo

Raden Wijaya or Krtarajasa to establish the kingdom of Majapahit with the help of his friends the captains of the forces of war: Ronggolawe, Lembu Sora, Kebo Anabrang, Nambi, Kuti, Semi. All friends are from all around the core region of Majapahit Tarik forest area. Ronggolawe derived from Tuban to the west of Majapahit. Another friend came from the southeast and east. Raden Wijaya ruled for 17 years, after the death of his who just had a son of Princess Malay, Dara Petak next to his other daughters, so the throne fell on Jayanegara or Kala Gemet in 1309. This is not satisfactory for the founder of Majapahit warrior companions by reason Jayanegara not the right person to bring justice to the people of Majapahit. In addition, the friends want power in their region after the death of Raden Wijaya, of course it means rebelling against the government and king.
    A noncommissioned Bayangkhara, the king's attendants, Gajahmada originating from the eastern region appears eradicate all of the rebellion. Battle of the heaviest for Gajahmada when against Lembu Sora, both derived from the same region, the region of Mount Kelud, Blitar. Ronggolawe from Tuban to cut off around 1330, and the last rebel  Nambi from around the region Pasuruan. Thus Gajahmada become the most powerful man in the Majapahit after queen Tribuwana Tungga Dewi who took the throne replace Jayanegara.
    Majapahit armies numbered several thousand, led directly by the Mahapatih pursuing rebel forces led by Lembu Sora until far into the forest area Kelud. Because they both come from the area so well that hunted and pursuers alike know the ins and outs of the area.
    In the battle of life and death contest between Mahapatih Gajahmada supernatural powers and Majapahit elders Lembu Sora loyal to the Raden Wijaya each singing a poet of magic that stir all coarse and fine creature Kelud residents and of course the troops from both sides. Then a voice came the curse of Lembu Sora, "Seksenono yo, poro Danyang sing mbaurekso Kelud yen Kelud iki njeblug Blitar bakale dadi latar, Tulungagung bakale dadi kedung, Kediri bakale dadi kali, Sidorejo bakale dadi rowo, lan Suroboyo mbalik nyang asale." Lembu Sora fall with a keris Majapahit embedded in his body, the Majapahit empire which he fought with the spirit of his body so it can stand firm that is what is now a take a life from his body.
   His hand clutching a bloody keris mark Mahapatih rank after defeating and punishing Lembu Sora honorable way Gajahmada spontaneous reply to curse it, "Seksenono iki sumpahku ora mangan kabeh woh-wohan sing ono nduwur uwit nganti sak Nusantoro kabeh dadi jagade Mojopait."

Ramalan Joyoboyo "jaman edan"

Ramalan Joyoboyo "jaman edan"

mbah sghriwo

Revolusi industri pertama kali di dunia pada abad 18 berlangsung di Inggris telah mengubah dunia memasuki kurun jaman edan, sebagaimana diramalkan oleh Raja Kediri, Sri Aji Joyoboyo pada abad kesebelas sesudah masehi. Mesin uap, tenaga listrik, mobil, pesawat dan sebagainya mulai berhasil ditemukan umat manusia. Semua mesin-mesin itu mampu bergerak sendiri dan menghasilkan tenaga segila-gilanya tak mengenal lelah. Kemajuan teknologi sejak abad 18 itu tak dapat terbendung lagi yang puncaknya pada 1980-an komputer pribadi mulai dikembangkan di Amerika Serikat, pengembangan terus-menerus prosesor mikro menghasilkan berbagai perangkat mini yang praktis antara lain telepon seluler dan komputer jinjing. Kemajuan lain di bidang senjata puncaknya berupa peluru kendali proyektil nuklir yang dapat menjangkau jarak separoh planet bumi. Kemajuan teknologi ruang angkasa ialah suksesnya pendaratan wahana manusia di planet Mars dan keberhasilan manusia menjejakkan kaki di bulan.
    Jaman edan terdiri dari bagian yang bagaikan dua sisi  mata uang, sisi yang satu yakni jaman luar biasa, jaman modern dan sisi lainnya ialah jaman gila. Manusia berjingkrak jingkrak dan bertingkah gila menjadi tontonan di media layar kaca dan di atas panggung dengan imbalan besar, di pihak lain para sponsor dari perusahaan besar membiayai semua yang edan-edan itu dengan imbalan iklan bagi produk yang mereka hasilkan agar semakin dibeli banyak orang. 
     Jaman luar biasa atau jaman modern yang menghasilkan kemajuan di bidang komunikasi ialah telepon seluler, di mana-mana orang bicara sendirian, tertawa sendirian, dan kadang-kadang teriak sendirian padahal di seberang sana tidak terdengar suara sahutan dari telepon seluler yang sedang diajak bicara. 
    Peperangan antarnegara, maraknya kiprah para teroris atau pejuang dan berbagai kejahatan semakin aneh-aneh saja: membuang bayi, mutilasi, mabuk narkotika dan zat adiktif, dan sebagainya. Juga cara berpakaian kaum lelaki memakai perhiasan kaum wanita contohnya pakai anting-anting, atau wanita pakai celana laki-laki dan seterusnya. Juga kaum wanita kini berkat emansipasi telah berhasil menduduki jabatan tinggi di segala bidang sehingga menggeser peran pria yang berakibat semakin kehilangan peluangnya dalam dunia kerja.
     Kemajuan teknologi pada suatu ketika akan mencapai titik kenyang sebagaimana Marx memprediksinya, "kapitalisme sedang menggali lubang kuburnya sendiri." Untuk mengelakkan kehancuran maka solusi yang biasanya digunakan ialah meletuskan perang dunia agar industri senjata dapat bergiat kembali. Untuk saat sekarang Amerika Serikat menciptakan tokoh teroris dan selanjutnya menjadi target buruannya, semua itu demi terus jayanya roda perkembangan kapital milik mereka.
    Sejak negeri sosialis pertama di dunia Sovyet Uni berdiri melalui Revolusi Oktober 1917, maka negeri kapitalis diam-diam bekerja sama dengan fasis Jerman Hitler untuk membendung kemajuan Sovyet Uni. Kegagalan Jerman dalam perang dunia kedua menyerang Rusia mengakibatkan Amerika Serikat berbalik memukul Jerman bersama-sama Sovyet Uni. Dan pada gilirannya Amerika dan sekutunya berkampanye untuk melenyapkan negeri Sosialis pertama itu dalam perang dunia dingin. Sovyet Uni berantakan terpecah-pecah menjadi republik-republik mandiri.
    Semua itu berlangsung berkat kemajuan teknologi senjata yang luar biasa di jaman luarbiasa (edan). 
    Perubahan pola berpikir dan berperilaku umat manusia terus mengalami perkembangannya dan  di satu sisi peranan agama yang dominan membendung perilaku aneh-aneh dan edan, dan di sisi lain manusia dihadapkan pada godaan atau kebutuhan terhadap barang-barang mewah hasil industri antara lain mobil mewah, pakaian mewah, alat-alat komunikasi mahal dan seterusnya, dan semuanya itu membutuhkan dana untuk membelinya.
    Sang Buddha mengatakan, "segala sesuatu yang berupa barang berharga atau kekayaan  adalah sumber daripada penderitaan manusia di dunia."
    "Pancen wolak-waliking jaman, amenangi jaman edan, ora edan ora kumanan, sing waras padha nggagas, wong tani padha ditaleni, wong dora padha ura-ura, beja-bejane sing lali, isih beja kang eling lan waspadha," kata Joyoboyo. Maka ramai orang ikut-ikutan melakukan perbuatan edan seperti mengkorup uang negara agar ikut kebagian menikmati harta dan pangkat maupun wanita.
    Di Nusantara para pegawai di masa Orde Baru melakukan berbagai korupsi besar-besaran yang menghasilkan trilyader dari sebagian rakyat Nusantara, dan juga menghasilkan kaum miskin-papa dalam jumlah jutaan orang. Padahal kekayaan alam Nusantara tidak terbatas jumlahnya dan seharusnya dapat membikin ratusan juta rakyat hidup gemah ripah loh jinawi. Yang terjadi kemudian akibat ekonom Orde Baru berupa menggunungnya utang negara yang harus dilunasi anak cucu sampai tujuhpuluh turunan.
    Lebih lanjut lagi di era reformasi yang dimulai sejak Orde Baru ambruk di dewan perwakilan rakyat yang terhormat terjadi perkelahian mulut dan anggota tubuh antar sesama anggota dewan sendiri. Mereka digaji dengan uang rakyat salah satunya untuk menunjukkan perilaku yang santun.
    Untuk solusi mengakhiri jaman edan itulah sang prabu Joyoboyo menyebutkan "notonogoro" yang artinya bisa berbagai macam, dan salah satunya antara lain, "menata kembali daripada segala kekacauan yang terjadi di jaman edan." Siapapun yang mampu menata kembali jaman edan yang puncaknya adalah meletusnya besar-besaran kekacauan di jagad bumi manusia dan jagad alam semesta. Dan selanjutnya sang "notonogoro" menciptakan atmosfir baru bagi terbentukkan tatanan dunia baru dan memimpin Nusantara memasuki "jaman baru".
    Notonegoro dalam arti yang lain ialah singkatan atau sebagian suku kata nama raja-raja besar yang kelak memerintah di jaman baru. Dan itu berarti tidak berlaku dalam negara Nusantara yang berbentuk selain kerajaan, sebagai contoh negara republik saat ini tidak ada sangkutannya sama sekali dengan hal tersebut.

Ramalan Joyoboyo "wolak-walik ing jaman - Jongko Joyoboyo"

Ramalan Joyoboyo "wolak-walik ing jaman - Jongko Joyoboyo"


mbah sghriwo
 

Abad kesebelas masehi seorang raja sekaligus nujum dari Jawa bagian Timur merumuskan "Jongko Joyoboyo" atau "jaman Joyoboyo"  yang akan terjadi pada masa depan. Tanda-tanda datangnya Jangka/Jongko Joyoboyo tersebut sudah dekat ialah jika pada suatu masa, "terdapat kereta yang bisa berjalan tanpa kuda atau kendaraan bermesin", "pulau Jawa berkalung besi atau rel kereta api", "manusia berhasil menciptakan kapal yang terbang di udara atau pesawat", "terdapat jembatan tanpa ada sungai di bawahnya atau jembatan layang", "tidak ada tawar-menawar di pasar swalayan, sehingga sunyi-sepi sekali"

Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran.
Tanah Jawa kalungan wesi.
Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang.
Kali ilang kedhunge.
Pasar ilang kumandhang.
Iku tandha yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak.

    Masa berlangsung Jongko Joyoboyo terjadi hampir berbarengan atau sebelum datangnya masa "Wolak-walik ing jaman" atau "jaman yang terbolak-balik". Tanda-tanda manusia  bakal menemui wolak-walik ing jaman iala jika suatu masa, "bumi terasa makin sempit saja akibat penduduk terus bertambah", "setiap jengkal tanah kena pajak", "manusia jadi kuda penarik beban dan bahan bakarnya nasi pecel", "kaum hawa mengenakan pakaian pria".  

Bumi sangsaya suwe sangsaya mengkeret.
Sakilan bumi dipajeki.
Jaran doyan mangan sambel.
Wong wadon nganggo panganggo lanang.
Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-walike jaman.
    Wolak-walik ing jaman dan jongko Joyoboyo berlaku secara matematis yakni selalu dimulai pada angka tahun khusus yang tidak bisa dibolak-balik atau jika diwolak-walik akan sama saja jumlah angka hasilnya periodisasi berulang tiap seratus  satu tahun yakni jatuhnya pada tahun kembar dua digit dan dimulai sejak abad kedua belas - seratus tahun sejak masa kehidupan sang nujum itu sendiri hidup di abad kesebelas. "wolak-walik ing jaman" berupa peristiwa besar yang terjadi pada abad keduabelas dalam "jongko Joyoboyo" di tahun kembar pertama jatuh pada 1212 yakni peristiwa besar tampilnya seorang rakyat jelata bernama Arok mulai memimpin pasukan untuk menyerang Akuwu Tumapel, Tunggul Ametung. dan juga kerajaan Kediri. Dalam sejarah peristiwa di abad keduabelas itu merupakan kudeta pertama di Nusantara. Arok kelak marak sebagai seorang raja bergelar Sri Rajasa dan sebagai pendiri dinasti Majapahit.
    Jongko Joyoboyo di tahun kembar kedua 1313 wolak-walik ing jaman yang besar ialah terjadinya peristiwa serangan pasukan Majapahit yang dipimpin Gajahmada terhadap para sahabat Raden Wijaya yang memberontak terhadap Majapahit tatkala Raden Wijaya wafat dan digantikan oleh Kala Gemet. Gajahmada kelak marak sebagai mahapatih Majapahit.
    Tahun kembar ketiga 1414 Majapahit dilanda perang paregreg, musuh-musuh Majapahit dibantu oleh Cheng Ho yang mendarat dari kapal-kapal mewah berangkat dari Tiongkok tiba pertama kali di Jawa di wilayah Semarang. Cheng Ho juga menyebarkan Islam, mengakibatkan semakin cepat Majapahit yang beragama Hindu-Buddha meluncur menuju masa keruntuhannya. Dan mulailah berdiri kerajaan Islam pertama di Jawa yakni Demak.
    Tahun kembar keempat 1515 terjadi kedatangan bangsa Portugis dan berhasil berkuasa di Malaka, mereka mulai bersiap-siap menyerang pulau Jawa. Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Pangeran Sabrang Lor atau Patiunus.yang berusaha mengusir Portugis dari Malaka dengan mengirimkan armada kapal perang gabungan Demak-Majapahit-Banten-Aceh ke wilayah yang diduduki oleh Portugis di Selat Malaka yang sangat strategis jalur laut penting kapal yang menuju wilayah Nusantara. Armada gabungan tersebut gagal merebut Malaka dari tangan Portugis yang lebih unggul dari segi teknologi kapal dan persenjataan di kapal.
    Tahun kembar kelima 1616 baru beberapa tahun marak sebagai raja, Sultan Agung ing Ngalogo dari kerajaan Mataram  mulai menyusun pasukan dan kekuatan militer lainnya untuk mengusir Belanda dari wilayah Batavia. Serangan Mataran terhadap Batavia 1628-1629 tidak berhasil mengusir Belanda dari Batavia. Sultan Agung sudah mengerahkan semua kekuatan pasukan darat dan lautnya kira-kira duaratus ribu pasukan.
    Tahun kembar keenam 1717 terjadi peristiwa Untung Suropati yang terus bertahan terhadap serangan Belanda hingga akhirnya Untung Suropati tewas di benteng pertahanannya di daerah Bangil. Perjuangan pasukan Untung Suropati terus dilanjutkan dengan menggabungkan diri bersama pasukan dari Surabaya dan bersama-sama menahan pasukan penakluk Belanda yang datang dari wilayah Mataram Jawa Tengah. Belanda tetap unggul karena lebih unggul dalam hal persenjataan dan strategi perangnya.
    Tahun kembar ketujuh 1818, perang Jawa meletus, seorang pangeran Diponegoro memimpin perlawanan terhadap Belanda. Belanda memang sedang mengadakan serangan penaklukan di seantero penjuru Nusantara dalam rangka menyatukan wilayah Nusantara yang tunduk takluk pada pemerintah Hindia Belanda yang sedang berusaha untuk memenuhi kebutuhan berbagai macam produk yang sangat dibutuhkan di pasar Eropa.
    Tahun kembar kedelapan 1919 terjadilah revolusi Oktober di Rusia dan untuk pertama kalinya berdiri sebuah negeri sosialis yang berideologi marxist-leninis/ komunis. Di Hindia Belanda Baars, Snevliet adalah yang pertama memperkenalkan ajaran sosialisme atau marxisme dan mendirikan ISDV pada sekitar tahun kembar tersebut. Muara daripada ISDV adalah Partai Kamunis Indonesia yang hanya dalam dua tahun sejak berdiri mampu mengorganisir pemberontakan di Sumatera Timur yang banyak terdapat perkebunan luas milik swasta dan pemerintah Hindia Belanda.
    Jongko Joyoboyo yang paling dekat dari 2010 saat ini  adalah yang akan dimulai pada tahun kembar kesembilan 2020. Tekone wolak-walik ing jaman dan tekone jaman Joyoboyo atau jongko Joyoboyo sudah lengkap segala sesuatu yang menjadi pertandanya. Tanda-tanda yang disebutkan di awal tulisan ini sudah lunas dan lengkap terbukti semuanya. Maka yang seharusnya bakal terjadi ialah peristiwa besar paling dahsyat atau stadium tingkat lanjut pada masa kesembilan Jongko Joyoboyo di masa wolak-walik ing jaman kali ini. 
    Peristiwa besar di tahun kembar mendatang adalah berhentinya wolak-walik ing jaman, atau terhentinya jaman terbalik-balik menjadi jaman baru, perubahan itu dapat terjadi setelah terjadi sesuatu peristiwa Yang Maha Besar. 
    Ada pun skenario lainnya yakni terus bersinambungnya  Jongko Joyoboyo menuju masa kesepuluh, dan itu berarti terus berlanjutnya masa "wolak-walik ing jaman" untuk seratus tahun mendatang. Dan itu artinya  penderitaan manusia golongan tertentu di jaman terbalik-balik dan membingungkan akan berlanjut terus.

Ramalan Joyoboyo "perang dunia ketiga"

Ramalan Joyoboyo "perang dunia ketiga"

mbah sghriwo

Kelak akan ada perang besar melanda bumi manusia. 
Terjadi di belahan bumi Timur, Barat, Selatan dan Utara. 
Banyak orang yang baik semakin sengsara. 
Orang jahat semakin tambah senang. 
Tatkala itulah berbagai syair kuno ramai-ramai dikumandangkan oleh para alim ulama, biksu, dan pendeta.
    Penguasa negara adidaya saling berembug memilih negara mana yang hendak mereka caplok. Hore! Hore! Orang kulit berwarna tinggal bersisa separo. 
Bangsa kulit putih dan bangsa kulit kuning tinggal bersisa sepasang.......
(abad kesebelas, Joyoboyo)

Hingga saat ini Republik Rakyat Tiongkok tetap teguh terus mengibarkan tinggi-tinggi panji Marxisme-Leninisme dan konsekuen menjalankan kediktaturan proletariat dalam menjalankan sistem komunis pada garis yang benar sesuai perkembangan sejarah perjuangan kelas yang maju terus pantang mundur. Hasilnya berupa kemakmuran dalam ekonomi, dan kemajuan ilmu pengetahuan di Tiongkok telah mampu membuka mata lebar-lebar bagi dunia luar dan dengan demikian membuktikan bahwa marxisme semakin berkembang maju. Dan selama Tiongkok mempertahankan diktatur proletariat yakni partai tunggal kelas pekerja tetap memegang kekuasaan politik tertinggi maka kehancuran sistem komunis tidak akan pernah terjadi di Tiongkok....
    Di sisi dunia lain terdapat adidaya dunia nomor satu, Amerika Serikat, sebuah negeri yang sangat antikomunis sampai ke ubun-ubun. Mereka menjalankan sistem ekonomi kapitalis dan menjalankan sistem liberalisme di segala bidang. Dan seluruh dunia mengakui betapa majunya teknologi Amerika Serikat di bidang persenjataan, ruang angkasa, teknologi informasi dan sebagainya. Dunia juga mengakui keperkasaan ekonomi Amerika Serikat. Negeri kapitalis Amerika Serikat ini terus-menerus menggunakan kekuatan militer dan kekuatan ekonomi mereka untuk mempertahankan pengaruh dan pamornya terhadap negara-negara lain di dunia.
    Sejak kemenangan sekutu dalam perang dunia kedua dan Amerika sebagai salah satu pemenangnya selalu mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan terutama sekali jika negara tersebut terindikasi akan jatuh ke dalam pelukan komunisme maupun Islam fundamentalis.
    Amerika Serikat terus-menerus dan selamanya tetap antikomunis dan anti-Islam fundamentalis. Amerika Serikat yang memiliki mesin perang terhebat di muka bumi ini juga sangat senang sekali berperang atau memerangi negara lain yang ingin berdikari di bidang politik, kebudayaan, dan ekonomi. Sudah barang tentu negeri sosialis semacam Korea Utara dan negeri Syiah Islam fundamentalis Iran adalah sasaran tembak bagi Amerika Serikat begitu ada peluang dan kesempatan untuk menyerang dengan kekuatan militer.
    Dua kekuatan, dua musuh bebuyutan dalam ideologi yang saling bertentangan dan tidak mungkin ada kompromi apapun antara komunis melawan kapitalis ditingkahi Islam Fundamentalis itu suatu hari kelak akan saling mengalahkan satu sama lain dan satu-satunya muara atau jalan keluar menyelesaikan dua kekuatan yang berlawanan sesuai hukum perkembangan sejarah ialah terjadinya pertempuran besar-besaran di medan perang nuklir yang mahadahyat.
    Ramalan Joyoboyo dari abad kesebelas yang berhubungan erat dengan terjadinya perang besar atau perang dunia ketiga adalah sebagai berikut:

Besuk yen ana peperangan.
Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor.
Akeh wong becik saya sengsara.
Wong jahat saya seneng.
Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul.

Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi.
Hore! Hore!
Wong Jawa kari separo.
Landa-Cina kari sejodho.

Letusan dahsyat Merapi Mataram hijrah ke Timur

Letusan dahsyat Merapi Mataram hijrah ke Timur

 
mbah sghriwo

Dyah Balitung sang pembangun candi Prambanan pada seribu tahun yang silam atau tepatnya pada tahun 900 masehi memindahkan ibukota kerajaan Mataram ke Timur, sekitar Madiun. Waktu itu Mataram yang menguasai wilayah Kedu, Bagelen, dan Yogyakarta (wilayah tersebut mengepung gunung Merapi dari Utara, Barat, Selatan, dan Timur). Wilayah Timur dan Selatan Gunung Merapi hanya  sampai tahun 850 masih dikuasai Syailendra, Buddha, hingga akhirnya jatuh ke dalam daerah wilayah Mataram, Hindu).
    Gunung Merapi yang aktif merupakan sarana bagi para dewa untuk turun ke bumi manusia. Sebuah kerajaan manusia yang bernama Mataram akan semakin diberkati para dewa jika ibukota kerajaan dekat dengan sebuah gunung berapi yang selalu aktif mengeluarkan sesuatu dengan semburannya yang membikin subur suatu wilayah.
    Wilayah Mataram yang masih dipenuhi hutan belantara lebat itu dalam sekejab musnah terbakar oleh beberapa minggu semburan awan panas Gunung Merapi. Angka tahun menunjukkan 900. Kerajaan mengalami kerugian besar karena bukan hanya wilayah yang terbakar, juga korban di kalangan penduduk cukup besar. Dyah Balitung memutuskan mengosongkan wilayah Mataram yang masih tertutup debu vulkanik untuk sementara waktu, ribuan rakyat bergerak ke timur dengan membawa perbekalan masing-masing termasuk ternak milik mereka.
      Dataran luas dan subur berada di antara gunung Lawu dan gunung Wilis, itulah daerah Madiun, dan ke sana rakyat Mataram memutuskan sebagai tujuan akhir perjalanan mereka membangun ibukota baru kerajaan Mataram. Selama hampir tigapuluh tahun mereka membuka daerah baru bahkan hingga mendaki gunung Wilis dan tiba di suatu daerah baru yang lebih subur lagi, wilayah Kediri. Raja Dyah Balitung sudah digantikan oleh tiga raja baru yakni Daksa, Tulodong, dan Wawa. 
    Sampai hari ini penduduk di wilayah Madiun hingga Kediri menyebutkan leluhur mereka berasal dari Mataram Hindu. Waktu itu penyebaran rakyat Mataram sekitar 927 sudah mencapai lebih jauh lagi dari sisi gunung Wilis sebelah timur yakni mencapai sebuah bukit yang terpisah dari gunung Wilis dan mereka sebut bukit Klothok, kolo thok, penuh dengan kolo, ada kolomonggo, kolojengking, dan lain-lainnya. Tidak jauh dari bukit tersebut terdapat aliran sungai Brantas yang waktu itu merupakan sarana lalulintas air di masa itu. 
    Raja Empu Sindok yang berniat membangun angkatan laut yang kuat guna menandingi kerajaan Syailendra yang kini berada di pulau Sumatra. Dan sebagai persiapan bagi pertahanan diri dari serangan mereka maka sang raja Mataram tersebut memutuskan memindahkan ibukota lebih ke Timur lagi dari Madiun yakni ke wilayah Kediri. 
    Satu hal lagi yang membuat rakyat Mataram dan sang raja merasa beruntung mendapatkan ibukota baru di Kediri ialah sebuah gunung yang sangat aktif dan mereka namai gunung Kelud, artinya sapu bersih. Gunung Kelud yang aktif merupakan sarana bagi para dewa yang turun ke bumi manusia. Dengan ibukota yang berada dalam jarak dekat dengan tempat para dewa turun ke bumi manusia maka mereka akan mendapatkan berkat dewa yang lebih besar lagi sehingga tidak kalah dengan berkat yang mereka terima sewaktu masih tinggal di wilayah sekitar gunung Merapi.
    Letusan gunung Kelud berbeda dengan Merapi yang memuntahkan awan panas hampir beberapa ratus derajat Celcius, yang akan terjadi pada gunung Kelud tatkala meletus ialah memuntahkan lahar panas dan atau lahar dingin yang dapat menyapu wilayah-wilayah terdekat yang dilaluinya. Dan selanjutnya wilayah tersebut akan menjadi wilayah yang sangat subur sebagai berkat dari para dewa.
    Selanjutnya pemerintahan Mataram tetap bertahan hingga hampir seabad sampai pada maraknya Darmawangsa yang sudah memiliki pasukan laut yang kuat dan menyerang Sriwijaya pada 990. Serangan tersebut tidak membuat Sriwijaya takluk malah berbalik ganti menyerang Kahuripan tujuhbelas tahun kemudian yang berakhir dengan mangkatnya Darmawangsa pada 1007. Pada 1006 sekali lagi terjadi letusan dahsyat Merapi dan bersamaan itu muncul seorang satria-dewa Erlangga atau Airlangga yang setahun berikutnya jadi menantu raja Kahurupan. Dengan terjadinya serangan Sriwijaya terhadap kerajaan Kahuripan -- yang kelak dipimpin oleh Satria-dewa tersebut --  maka Erlangga untuk sementara waktu menyingkir dan mengumpulkan tenaga baru di daerah Wonogiri. Dan untuk sementara pula setelah pasukan Sriwijaya menyingkir maka tampuk kekuasaan atas kerajaan diserahkan kepada patih Narotama.
    Erlangga yang mengambil pelajaran dari serangan Sriwijaya di hari pernikahannya, pesta kerajaan tengah berlangsung kini mulai merencanakan untuk membangun infrastruktur lalulintas air yang menyusuri sungai Brantas mulai Kediri hingga pelabuhan di Surabaya. Beliau juga sempat membangun semacam terusan di daerah Porong untuk memperlancar lalulintas sekaligus mengatasi banjir di wilayah tersebut. Dan terciptalah wilayah pertanian yang subur di sisi sungai Brantas.
    Wilayah Porong Sidoarjo yang kini sedang dilanda bencana berupa semburan lumpur Lapindo di masa silam ada ribuan tenaga kerja rakyat yang dikerahkan secara sukarela maupun tidak sukarela oleh Erlangga untuk proyek raksasa tersebut. Walhasil kini sebuah perusahaan swasta yang mengadu untung dengan melakukan pengeboran untuk mendapatkan gas bumi/minyak malah kualat dan melahirkan bencana baru yang sangat merugikan rakyat di wilayah tersebut sehingga keadaan alam wilayah tersebut kembali seperti keadaan semula persis sama seperti di jaman Erlangga -- seribu tahun yang silam.

Letusan dahsyat Merapi Mataram hijrah ke Timur

Letusan dahsyat Merapi Mataram hijrah ke Timur

 
mbah sghriwo

Dyah Balitung sang pembangun candi Prambanan pada seribu tahun yang silam atau tepatnya pada tahun 900 masehi memindahkan ibukota kerajaan Mataram ke Timur, sekitar Madiun. Waktu itu Mataram yang menguasai wilayah Kedu, Bagelen, dan Yogyakarta (wilayah tersebut mengepung gunung Merapi dari Utara, Barat, Selatan, dan Timur). Wilayah Timur dan Selatan Gunung Merapi hanya  sampai tahun 850 masih dikuasai Syailendra, Buddha, hingga akhirnya jatuh ke dalam daerah wilayah Mataram, Hindu).
    Gunung Merapi yang aktif merupakan sarana bagi para dewa untuk turun ke bumi manusia. Sebuah kerajaan manusia yang bernama Mataram akan semakin diberkati para dewa jika ibukota kerajaan dekat dengan sebuah gunung berapi yang selalu aktif mengeluarkan sesuatu dengan semburannya yang membikin subur suatu wilayah.
    Wilayah Mataram yang masih dipenuhi hutan belantara lebat itu dalam sekejab musnah terbakar oleh beberapa minggu semburan awan panas Gunung Merapi. Angka tahun menunjukkan 900. Kerajaan mengalami kerugian besar karena bukan hanya wilayah yang terbakar, juga korban di kalangan penduduk cukup besar. Dyah Balitung memutuskan mengosongkan wilayah Mataram yang masih tertutup debu vulkanik untuk sementara waktu, ribuan rakyat bergerak ke timur dengan membawa perbekalan masing-masing termasuk ternak milik mereka.
      Dataran luas dan subur berada di antara gunung Lawu dan gunung Wilis, itulah daerah Madiun, dan ke sana rakyat Mataram memutuskan sebagai tujuan akhir perjalanan mereka membangun ibukota baru kerajaan Mataram. Selama hampir tigapuluh tahun mereka membuka daerah baru bahkan hingga mendaki gunung Wilis dan tiba di suatu daerah baru yang lebih subur lagi, wilayah Kediri. Raja Dyah Balitung sudah digantikan oleh tiga raja baru yakni Daksa, Tulodong, dan Wawa. 
    Sampai hari ini penduduk di wilayah Madiun hingga Kediri menyebutkan leluhur mereka berasal dari Mataram Hindu. Waktu itu penyebaran rakyat Mataram sekitar 927 sudah mencapai lebih jauh lagi dari sisi gunung Wilis sebelah timur yakni mencapai sebuah bukit yang terpisah dari gunung Wilis dan mereka sebut bukit Klothok, kolo thok, penuh dengan kolo, ada kolomonggo, kolojengking, dan lain-lainnya. Tidak jauh dari bukit tersebut terdapat aliran sungai Brantas yang waktu itu merupakan sarana lalulintas air di masa itu. 
    Raja Empu Sindok yang berniat membangun angkatan laut yang kuat guna menandingi kerajaan Syailendra yang kini berada di pulau Sumatra. Dan sebagai persiapan bagi pertahanan diri dari serangan mereka maka sang raja Mataram tersebut memutuskan memindahkan ibukota lebih ke Timur lagi dari Madiun yakni ke wilayah Kediri. 
    Satu hal lagi yang membuat rakyat Mataram dan sang raja merasa beruntung mendapatkan ibukota baru di Kediri ialah sebuah gunung yang sangat aktif dan mereka namai gunung Kelud, artinya sapu bersih. Gunung Kelud yang aktif merupakan sarana bagi para dewa yang turun ke bumi manusia. Dengan ibukota yang berada dalam jarak dekat dengan tempat para dewa turun ke bumi manusia maka mereka akan mendapatkan berkat dewa yang lebih besar lagi sehingga tidak kalah dengan berkat yang mereka terima sewaktu masih tinggal di wilayah sekitar gunung Merapi.
    Letusan gunung Kelud berbeda dengan Merapi yang memuntahkan awan panas hampir beberapa ratus derajat Celcius, yang akan terjadi pada gunung Kelud tatkala meletus ialah memuntahkan lahar panas dan atau lahar dingin yang dapat menyapu wilayah-wilayah terdekat yang dilaluinya. Dan selanjutnya wilayah tersebut akan menjadi wilayah yang sangat subur sebagai berkat dari para dewa.
    Selanjutnya pemerintahan Mataram tetap bertahan hingga hampir seabad sampai pada maraknya Darmawangsa yang sudah memiliki pasukan laut yang kuat dan menyerang Sriwijaya pada 990. Serangan tersebut tidak membuat Sriwijaya takluk malah berbalik ganti menyerang Kahuripan tujuhbelas tahun kemudian yang berakhir dengan mangkatnya Darmawangsa pada 1007. Pada 1006 sekali lagi terjadi letusan dahsyat Merapi dan bersamaan itu muncul seorang satria-dewa Erlangga atau Airlangga yang setahun berikutnya jadi menantu raja Kahurupan. Dengan terjadinya serangan Sriwijaya terhadap kerajaan Kahuripan -- yang kelak dipimpin oleh Satria-dewa tersebut --  maka Erlangga untuk sementara waktu menyingkir dan mengumpulkan tenaga baru di daerah Wonogiri. Dan untuk sementara pula setelah pasukan Sriwijaya menyingkir maka tampuk kekuasaan atas kerajaan diserahkan kepada patih Narotama.
    Erlangga yang mengambil pelajaran dari serangan Sriwijaya di hari pernikahannya, pesta kerajaan tengah berlangsung kini mulai merencanakan untuk membangun infrastruktur lalulintas air yang menyusuri sungai Brantas mulai Kediri hingga pelabuhan di Surabaya. Beliau juga sempat membangun semacam terusan di daerah Porong untuk memperlancar lalulintas sekaligus mengatasi banjir di wilayah tersebut. Dan terciptalah wilayah pertanian yang subur di sisi sungai Brantas.
    Wilayah Porong Sidoarjo yang kini sedang dilanda bencana berupa semburan lumpur Lapindo di masa silam ada ribuan tenaga kerja rakyat yang dikerahkan secara sukarela maupun tidak sukarela oleh Erlangga untuk proyek raksasa tersebut. Walhasil kini sebuah perusahaan swasta yang mengadu untung dengan melakukan pengeboran untuk mendapatkan gas bumi/minyak malah kualat dan melahirkan bencana baru yang sangat merugikan rakyat di wilayah tersebut sehingga keadaan alam wilayah tersebut kembali seperti keadaan semula persis sama seperti di jaman Erlangga - seribu tahun yang silam.

Ramalan Joyoboyo bencana alam Nusantara


Ramalan Joyoboyo bencana alam Nusantara

mbah sghriwo

Perkembangan sejarah Jawa dan Nusantara di masa depan sudah diprediksi dalam bentuk syair ramalan yang mendahului jamannya oleh seorang nujum abad kesebelas, Joyoboyo.** Sejak dulu pulau Jawa yang bisa juga berarti Nusantara memiliki alam yang subur, melimpah bahan tambang di dalam perut bumi, penduduk yang melimpah pada suatu hari akan menghadapi bencana terus-menerus antara lain berupa banjir bandang, letusan gunung berapi. Penyebaran penduduk dari pulau Jawa ke wilayah Nusantara yang sangat pesat berlangsung sejak bangsa kulit putih berkuasa di Nusantara yang membutuhkan tenaga manusia untuk membuka daerah baru antara lain untuk perkebunan sawit, kopi, rempah-rempah. Juga sebagai tenaga administratif pemerintah kolonial maupun sebagai anggota pasukan militer asing.
    Bencana alam memang sesuatu yang lumrah bagi alam yang juga memiliki daya hidup dan terikat dengan hukum ilmiah maupun gaib. Alam jengah dengan segala macam ulah manusia yang berhasil mencapai puncak tertinggi dalam bidang ilmu dan teknologi sehingga memanfaatkan alam dengan efisien dan intensif, akan tetapi sayangnya hanya untuk memuaskan kepentingan manusia sendiri tanpa pernah menghormati sang alam.
    Masa depan yang digambarkan dengan kehidupan orang Jawa yang bekerja dan hidup berputar-putar saja dalam tampah. Tampah adalah wadah dari anyaman bambu berbentuk datar bulat berdiameter 66 cm. Tampah bisa digunakan untuk memisahkan beras dan kulit padi maupun padi dengan tangkai padi. Caranya dengan memutar wadah itu berlawanan arah jarum jam maupun sebaliknya. Jika berlawanan arah jarum jam gunanya untuk mengumpulkan benda yang lebih ringan tepat di tengah. Dan jika searah jarum jam gunanya untuk memisahkan benda yang ringan ke bagian pinggir tampah.
    Maka orang Jawa/Nusantara selalu bertebaran ke segala arah merantau dan dalam perantauan justru berdesak-desakan akibat terbatasnya ruang hidup. Akan tetapi suatu kali pada hari raya mereka kembali ke tanah leluhurnya. Dan begitulah seterusnya gerakan tersebut persis dengan beras atau padi yang sedang diinteri dalam tampah agar dapat terkumpul mana yang asli beras/pada dan mana yang benar dedak/kulit padi.
    Pada jaman orde baru penyeragaman berpikir sesuai definisi yang dipaksakan penguasa terjadi mulai dari anak sekolah dasar hingga para akademisi bergelar doktor. Tak seorang pun mendendangkan irama lain, para alim ulama, biksu, pendeta, dan pertapa atau paranormal pun sama saja tidak berani mengungkapkan "piwulang adi" atau ajaran atau ilmu yang sebenar-benarnya. Karena orde baru tidak segan-segan membunuh atau memenjarakan barang siapa pun yang mengusik keamanan dan ketertiban bertindak maupun berpikir berbeda dengan penguasa baik langsung maupun tidak langsung. Jumlah korban orde baru berlipat kali lipat jumlah korban penduduk setempat dalam perang Vietnam ditambah perang Korea.
    Saat ini masa pemerintahan SBY terjadi "banjir bandang ana ngendi-endi......" gunung meletus tanpa dapat diduga sebelumnya, bahkan tanpa petunjuk apapun dalam eksakta maupun dalam impian. Juga di jaman SBY para organisasi massa begitu membenci aliran-aliran kebathinan yang menjalani laku "pati geni" alias ngelmu dengan berbagai cara antara lain puasa berlebihan tanpa batas waktu. Ormas tersebut bertindak sesuai pesan sponsor, sang sponsor takut jatidirinya yang kelam terbongkar belangnya di masa orde baru "marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti". Pemerintahan SBY bukan sumber sebab-akibat bencana alam sekarang ini akan tetapi orde baru lah dan semua yang masih menggendong watak kekuasaannya biang keladi semua ini (juga lumpur Lapindo) -- sesuai syair Joyoboyo tersebut.
    Para ilmuwan kolonial yang memboyong ke negerinya dan selanjutnya belajar dari kitab-kitab kuno warisan para leluhur Nusantara memang merumuskan bahwa kekalahan berabad bangsa Nusantara membikin orang Jawa menjalani laku siksa dan derita guna memperoleh kekuatan dan kesaktian. Sayang sekali syarat sejarah tidaklah selengkap dan sebebas sebelum kedatangan kaum kolonialis kulit putih, yaitu semasa Majapahit, Mataram, Demak, Kediri, Singosari, Sriwijaya, dan seterusnya. Sehingga segala ngelmu, derita, dan siksa yang dilakukan itu selalu membentur tembok tebal akibat beralihnya kitab-kitab kuno itu menjadi milik bangsa asing.


_____________________

**   polahe wong Jawa kaya gabah diinteri
       endi sing bener endi sing sejati
       para tapa padha ora wani
       padha wedi ngajarake piwulang adi
       salah-salah anemani pati
               banjir bandang ana ngendi-endi
               gunung njeblug tan anjarwani, tan angimpeni
              gehtinge kepathi-pati marang pandhita kang oleh pati geni
                marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti

Titah Sabdo Palon, "Sebarkan agama kawruh budi....!"

Titah Sabdo Palon, "Sebarkan agama kawruh budi....!"

 mbah sghriwo
 
Dinasti Sanjaya pemeluk Hindu dan dinasti Syailendra pemeluk Buddha bergantian menguasai daerah selingkaran gunung Merapi. Pada 775 Rakai Panangkaran jadi bawahan Syailendra mendirikan candi Kalasan atas perintah sang atasan. Giliran pada 850 Rakai Pikatan raja dinasti Sanjaya mengambil alih seluruh wilayah dinasti Syailendra pimpinan Balaputradewa. Yang disebut belakangan ini memindahkan kekuasaannya dari pulau Jawa sekaligus mengambil alih pimpinan kerajaan Sriwijaya di Sumatera.
    Dinasti Sanjaya yang diibaratkan "ayam jago" dan dinasti Syailendra sebagai "gemak putih" pada suatu kali pernah bertempur satu sama lain di wilayah gunung Merapi, tentu perseteruan kedua kerajaan ini sekaligus perseteruan antar umat beragama yang menggegerkan sekaligus mengundang danghyang tanah Jawa waktu itu Ismoyo turun tangan melerai pertikaian di atas. Jalan keluarnya ialah mengadu secara terbuka gemak putih dan ayam jago dari masing-masing kerajaan.
    "Barangsiapa yang kalah dalam pertandingan ini maka akibatnya kelak ditanggung oleh anak-cucu sendiri," kata Ismoyo. Pertandingan pun berlangsung terbuka disaksikan para petinggi kedua kerajaan. Ayam jago dari wilayah Barat melawan gemak putih dari Selatan dengan pasaran tinggi tentu berada di tangan si ayam jago pilihan dan juara kerajaan. Gemak putih yang kecil dan tidak mungkin menang melawan seekor ayam yang berukuran jauh lebih besar itu tidak mendapat tempat dan tidak diunggulkan sama sekali.
    Tidak diduga oleh siapapun yang keluar sebagai pemenang adalah si gemak putih itu. Dan sejak itu pula Ismoyo membikin jejak pada bibir kawah gunung Merapi di bagian Barat Daya sebagai batas antara dua kerajaan dan tempat mengalir lahar panas, lahar dingin, dan awan panas untuk sepanjang jaman. Sebelum ada perseteruan tersebut sampai turunnya Ismoyo ke bumi arah daripada letusan Merapi tidak ke Barat Daya melainkan mengarah ke segenap penjuru dan menyuburkan seluruh wilayah. Berkah Merapi tetap dapat dinikmati oleh seluruh penduduk sekeliling Merapi dengan aliran-aliran sungai yang memutari wilayah Barat, Selatan, Timur dan Utara.     
    Ismoyo pun beberapa kali berganti wadag kasarnya atau bereinkarnasi dan di masa akhir kerajaan Majapahit beliau menyebut diri dengan nama baru Sabdo Palon. Sebagai pendamping Prabu Brawijaya yang sudah meninggalkan agama leluhur kemudian memeluk Islam maka pada 1478 Sabdo Palon bertitah di hadapan si momongannya. Titah Sabdo Palon bukanlah sebuah ramalan akan tetapi sebuah ucapan yang pasti terjadi kelak di masa depan antara lain sebagai berikut, "Yang Mulia harap mengingat kelak 500 tahun mendatang saya akan menyebarkan agama "kawruh budi" ke seluruh tanah Jawa. Bila saya dihalangi oleh pihak-pihak tertentu selama saya menyebarkan agama tersebut, maka akan saya hancurkan pihak tersebut menjadi makanan lelembut dan lain-lainnya. Saya belum merasa hati lega selama mereka belum hancur-lebur. Sebagai tanda titah saya ini akan berlaku kelak gunung Merapi meletus dibarengi memuntahkan lahar panas, lahar dingin, dan awan panas yang mengalir ke arah Barat Daya yang berbau menyengat. Saat itulah awal kehadiran saya dan memulai menyebarkan agama "kawruh budi". Menggelegarnya Merapi sudah menjadi takdir Sang Hyang Wenangin Jagad. Siklus bintang ialah siklus pergantian yang tidak bisa diubah lagi."

Kula damel pratandha, 
Pratandha tembayan mami, 
Hardi Merapi yen wus njeblug mili lahar, 
Ngidul ngilen purugira, 
Ngganda banger ingkang warih, 
Nggih punika medal kula, 
Wus nyebar agama budi.

Pramoedya Ananta Toer Bumi Manusia - Anak Semua Bangsa - Jejak Langkah - Rumah Kaca


Pramoedya Ananta Toer

Bumi Manusia - Anak Semua Bangsa - Jejak Langkah - Rumah Kaca

Edisi Pembebasan

Seperti pernah kami nyatakan pada kesempatan lain, kami tidak akan berpanjang-panjang dan membuang-buang waktu mem­bahas dagelan kesewenang-wenangan kekuasaan politik rejim orde barunya golkar yang mem­be­rangus buku-buku Pramoe­dya. Mengapa? Tidak lain karena tuduhan Pramoedya secara lihay lewat karya-karyanya mempropa­ganda­kan marx­isme-­leninis­me, di negeri-negeri yang paling anti-komunis pun menjadi bahan tertawaan yang paling menggelikan.
    Sesuai dengan rencana Penulis dan Penerbit Hasta Mitra, dengan ini diumumkan bahwa roman empat jilid ini ­yang di luar negeri dikenal sebagai The Buru Quartet – Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca – dan buku-buku lain yang pernah diberangus oleh rejim orde barunya golkar, semua akan diter­bit­kan ulang sebagai Edisi Pembebasan; sedang kesemua karya Pramoedya lainnya – termasuk karya klasik Penulis tahun 50 dan 60-an – juga akan berangsur dicetak ulang dalam rangka rencana besar Hasta Mitra menerbitkan kembali secara menye­luruh Karya-Karya Pilihan Pramoedya Ananta Toer.
    Bahwa larangan terhadap buku-buku Pramoedya sampai hari ini belum dicabut oleh Pemerintah, bukanlah menjadi urusan Penulis dan Penerbit. Sebagai warganegara, kami akan tetap bekerja dan akan tetap terbit seperti biasa – sebab itulah cara kami menghormati dan ikut aktif menegakkan hak-hak azasi manusia sebagai­mana selalu menjadi sikap kami semasa jendral Suharto dengan mesin kekuasaannya – politisi golkar dan para jendral – masih bebas berkuasa mem­prak­tekkan kese­wenang-wenangan mereka. Tetap terbit walaupun pembera­ngus­­an berlangsung tidak henti-hentinya, merupakan kontri­busi kami untuk bersama para pejuang demokrasi dan keadilan lainnya menegak­kan HAM dan merebut kebebasan kami sendiri
     Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami – terutama sikap untuk tetap bersama kami, dan dengan segala risiko ikut aktif mendis­tribusikan buku-buku kami – justru pada masa-masa kesewe­nang­an kekuasaan fasis golkarnya orde baru merajalela yang tanpa proses apa pun memberangus buku-buku kami. Terimakasih kami kepada mereka yang dengan sadar mendistribusikan dan tetap mem­baca karya-karya Pramoedya yang dilarang – juga sekarang-sekarang ini – pada saat sementara toko-toko buku besar masih ragu mendistri­busi­kan buku-buku Pramoedya hanya karena larangan terhadap buku-bukunya itu secara resmi belum dicabut oleh Pemerintah. 
     Salut kepada sikap yang tidak hanya mau menunggu enaknya saja tanpa mau bersinggungan dengan risiko sekecil apa pun.
Joesoef Isak, ed.

Ramalan Joyoboyo "jaman Kalasuba"

Ramalan Joyoboyo "jaman Kalasuba"

mbah sghriwo

1998 Orde Baru jatuh, bersamaan pula saat itu periode jaman kalabendu atau kolobendu memasuki awal babak akhir, dan bersamaan dengan datangnya milenium ketiga yang sudah di ambang pintu. Agama Islam yang sudah bertahan selama limabelas abad itu konon akan tetap berjaya hingga akhir jaman yakni sampai hari kiamat, kini sedang menghadapi masalah dengan negara adidaya Amerika Serikat yang sedang memburu teroris garis keras dan fundamentalis Islam, berarti juga sama-sama sedang memasuki babak akhir jaman kolobendu seperti yang diramalkan oleh sang prabu Joyoboyo yang hidup seribu tahun yang silam.
    Pertanyaan yang selalu mengusik siapa pun ialah kapankah babak akhir jaman kolobendu itu? Menurut sang prabu dari kerajaan Kediri itu, "Di jaman kalabendu manusia Nusantara akan selamat jika selalu mawas diri dan tidak sekali-sekali meremehkan orang yang membela kebenaran bagaikan manusia-dewa." Sedangkan waktu yang tepat berakhirnya kolobendu sampai awal datangnya jaman kalasuba ialah berbeda-beda prosesnya dalam masing-masing bidang.
 
iki dalan kanggo sing eling lan waspada
ing zaman kalabendu Jawa
aja nglarang dalem ngleluri wong apengawak dewa

Kolobendu bisa berarti jaman antitesis yakni tesis-tesis memasuki fase siklus selanjutnya, antitesis atau pertarungan atau pertempuran dalam segala hal, sehingga jaman kolobendu berarti jaman pertarungan dalam segala bidang, pertarungan antarnegara, persaingan kekuatan militer, pertempuran ilmu pengetahuan dan filsafat, pertempuran budaya, pertempuran ekonomi, pertarungan ideologi, pertikaian umat beragama, pertempuran kelas sosial, persaingan mode, dan seterusnya. Kelak setelah berlalunya jaman antitesis atau jaman kolobendu akan memasuki jaman kesempurnaan atau jaman sintesis yang disebut oleh sang prabu Joyoboyo sebagai jaman kolosubo atau kalasuba.
    Jaman kesempurnaan dalam soal lingkungan hidup  itu bisa digambarkan kelak setelah minyak bumi habis dan bahan bakar ramah lingkungan berhasil ditemukan umat manusia, sehingga polusi dunia mencapai angka nol. Juga di sektor industri ditemukan bahan-bahan yang ramah lingkungan, sampai pengelolaan sampah nuklir berhasil dikelola dengan baik. Dan seterusnya, juga di bidang lainnya mencapai kesempurnaan.
    Jadinya wajar-wajar saja sekarang ini di Nusantara terjadi gonjang-ganjing yang parah tatkala memasuki akhir jaman kolobendu. Nusantara adalah pusat atau punjer atau pancer dunia dari mana segala peristiwa di jagad bumi manusia berawal dan berakhir, juga hal lainnya selalu terpicu dari tempat ini.
    Kolonialisme mulai dikibarkan oleh bangsa kulit putih pada abad kelimabelas karena dipicu untuk memburu rempah-rempah yang berasal dari Nusantara langsung dari sumbernya. Pada awal milenium ketiga perburuan terorisme Islam fundamentalis dan garis keras yang dicanangkan Amerika Serikat sejak gedung kembar di jantung Amerika diruntuhkan pada 2001 juga karena penduduk Nusantara merupakan muslim terbesar di jagad raya.
    Nusantara yang dipimpin Perdana Menteri sosialis-komunis  Amir Sjarifoeddin pada masa awal kemerdekaan juga memicu Amerika Serikat masuk lumpur hitam kekalahan besar pada perang Asia Timur: Perang Korea, Perang Vietnam/Indocina untuk melenyapkan negeri sosialis-komunis.
    Nusantara dan Tiongkok bagaikan dua sisi mata uang wajah dunia sejak masa silam. Kebudayaan romawi-yunani tidak pernah berjaya di lautan dibandingkan Majapahit dan Tiongkok. Andaikata Romawi maupun kekalifahan Islam jaya di lautan maka mereka sudah menguasai dunia tanpa halangan apapun.

Titah Sabdo Palon, "Masa paling sengsara di Nusantara"


Titah Sabdo Palon, "Masa paling sengsara di Nusantara"

mbah sghriwo

Begitu orde reformasi giliran menggantikan orde baru tatkala itulah rakyat di gunung-gunung seluruh Nusantara mulai ngamuk menebang habis pohon di hutan untuk dijadikan ladang jagung, singkong dan lainnya tergantung pada tingkat kesuburan tanah di areal hutan setempat. Di Jawa Timur sekitar petilasan keraton Sri Aji Joyoboyo yakni bukit Klotok dan pegunungan Wilis keadaan lebih parah lagi. Bukit klotok langsung gundul dan hutan di kaki dan punggung gunung Wilis hanya dalam beberapa tahun saja sudah berubah menjadi ladang jagung. Untuk membuka ladang jagung tersebut pohon-pohon langka yang hidup di bukit Klotok dan gunung Wilis ditebang habis, dan akibatnya tanah pegunungan melalui perantaraan akar-akar pohon tua yang berusia ratusan tahun tidak mampu lagi menyerap air hujan. Dan tidak dalam jangka panjang telah dapat mendatangkan banjir besar yang melanda wilayah dataran rendah wilayah Banyakan, kabupaten Kediri yang berada dalam radius beberapa kilometer dari gunung Wilis maupun bukit Klotok.
    Demikian pula keadaan di daerah Lodoyo, Blitar Selatan hutan yang sudah kurus menjadi gundul dan tampak dari kejauhan sebagai bukit gersang. Contoh kecil di atas bisa dibuatkan daftar panjang jika mencakup seluruh wilayah hutan di Nusantara.
    "Siapa cepat membabat hutan, maka dialah yang menjadi pemilik ladang baru." demikian ucapan penduduk setempat yang serentak merasa bebas menjarah hutan bersama lengsernya bapak pembangunan Jenderal Besar Soeharto yang sangat ditakuti oleh rakyat hingga jauh ke pelosok gunung-gunung, sehingga amanlah hutan untuk sementara waktu selama orde baru berkuasa.
    Aparat kehutanan setempat menciut nyalinya menghadapi kegarangan penduduk yang secara serentak bergerak menjarah hutan, mereka menyelamatkan diri melindungi ekornya sendiri.
    Keadaan alam di pojok Jawa yang dapat menggambarkan Nusantara secara keseluruhan tersebut sudah menjadi Titah Sabdo Palon pada abad kelimabelas, yang berbunyi sebagai berikut:

Sanget-sangeting sangsara
Kang tuwuh ing tanah Jawi
Sinengkalan tahunira
Lawon Sapta Ngesthi Aji
Upami nyabarang kali
Prapteng tengah-tengahipun
Kaline banjir bandhang
Jeronne ngelebna jalmi
Katahah sirna manungsa prapteng pralaya.

Kelak akan terjadi masa paling sengsara di Jawa/Nusantara pada tahun "lawon sapta ngesti aji". Pada waktu itu seseorang yang hendak menyeberang sungai tatkala tiba di tengah-tengah sungai tiba-tiba arus sungai mendadak berubah sangat deras akibat banjir bandang, maka sungai itu pun meluap ke wilayah sekitarnya. Banjir besar (banjir bandang) itu akan terus terjadi dan memakan/menelan korban yang berjatuhan di mana-mana.
    Gunung Klotok yang masyhur dengan Goa Selomangleng dan dekat keraton Kediri di masa lampau disebut Gunung Emas Kumambang menjadi sumber penghidupan bagi rakyat setempat yang berada di sekitar wilayah keraton Sri Aji Joyoboyo pada abad kesebelas. Semua tersedia melimpah di bukit Emas Kumambang, kayu bakar, hewan perburuan, tanaman obat-obatan, pakan ternak, dan lainnya. Di masa kolonialis Belanda bukit Emas Kumambang berubah nama diganti oleh penduduk menjadi bukit Klotok, bukit yang penuh kolo atau hewan berupa hama dan serangga.
    Tahun lawon sapta ngesthi aji masih menghadang di masa depan, kapankah itu? Masa itu akan datang bersamaan rusaknya ekosistem yang paling menyengsarakan rakyat Nusantara ialah kurangnya sumber air bersih, dan ini berarti terjadinya di daerah gersang. Banjir yang terus-menerus akan mengikis lapisan tanah yang subur di daerah subur dan selanjutnya menjadi tanah gersang tak menghasilkan apapun. Dan pada gilirannya lenyaplah sumber atau mata air bersih. Begitulah lingkaran setan yang bakal terjadi tanpa dapat dicegah atau diatasi oleh negara sekalipun!

Ramalan Joyo Boyo "Satrio Piningit"

Ramalan Joyo Boyo "Satrio Piningit"

mbah sghriwo

Pasca goro-goro besar melanda planet bumi (antara lain terjadi kiamat bumi, perang besar, perang dunia, serangan jatuhnya benda angkasa, bencana alam terus-menerus) dan pulihnya jagad bumi manusia seperti sediakala menjadi normal kembali maka ratu adil alias satrio piningit alias satrio pinandito sinisihan wahyu didampingi titisan atau reinkarnasi terbaru Sabdo Palon akan tampil memimpin kejayaan Nusantara dan bumi selatan yang berpenduduk bangsa kulit berwarna. Sedangkan bangsa kulit putih dan bangsa berkulit kuning bukan menjadi urusan beliau. Demikian ucapan Sabdo Palon tatkala muncul pertama kali setelah menghilang selama limaratus tahun sejak runtuhnya Majapahit.
     Sesuai ramalan Joyoboyo bersinggungan munculnya sang ratu adil alias satrio piningit dan juga sesuai ucapan Sabdo Palon di atas dengan sendirinya kedua tokoh pemimpin Nusantara tersebut adalah dwi-tunggal satu sama lain saling melengkapi dan tidak saling bertentangan. Tugas atau peran Sabdo Palon ialah mengadakan "fit and propher test" terhadap satrio piningit. Sejak pertama muncul Sabdo Palon sudah menyediakan kursi singgasana kosong, dan barang siapa sanggup duduk di atasnya maka dialah yang akan diangkat sebagai raja. Sebagai gambaran struktur negara modern Sabdo Palon akan berperan sebagai "yudikatif" sekaligus "legislatif", Satrio Piningit memegang tampuk pemerintahan "eksekutif".
     Sabdo Palon memang telah muncul akan tetapi Satrio Piningit belum ada atau belum maju ke hadapan Sabdo Palon. Mengapa? Satrio Piningit belum menerima wahyu Illahi atau pulung gaib wahyu keprabon karena memang belum tiba saat yang tepat. Kapan dan di mana keberadaan Sabdo Palon dan calon Satrio Piningit memang belum ditemukan selama mereka belum muncul karena sebab besar atau goro-goro besar belum terjadi. Dalam teori revolusi mbah karl marx dan mbah lenin, "pimpinan akan muncul tatkala segenap rakyat sudah siap untuk mengadakan revolusi." Pemimpin revolusi tidak akan mengumumkan kapan memulai suatu revolusi, rakyatlah yang merasa kehidupannya keterlaluan menyengsarakan dan tidak lagi mempercayai negara. Tatkala itulah seorang pemimpin tampil maju ke depan untuk memimpin rakyat yang sudah matang hendak berevolusi.
     Berikut ini bait-bait yang menggambarkan kemunculan satrio piningit yang dilontarkan oleh Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo dari Kediri pada abad kesebelas masehi:

selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun
sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu
bakal ana dewa ngejawantah
apengawak manungsa

Kelak menjelang tutup tahun sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu. Akan muncul dewa turun ke bumi yang berwujud seorang manusia (satrio piningit).